Rabu, 22 Januari 2020

Dinding Dingin

Dinding dingin ini lagi
aku bersandar
Dinding dingin ini lagi
aku mengaduh perih
Ya, sesekali aku memukulinya
menyalahkan semua amarah padanya
Dinding dingin ini tak bersalah
Seringnya aku bersandar padanya
dingin yang nyaman
dingin yang tak melukaiku
dingin tak bernyawa

Dingin ini yang menghentikan air mataku
Tidak lagi putih, tidak lagi utuh

Dinding dingin ini membunuh lukaku

Luka yang telah tertanam

Dingin yang melukaiku ia bernyawa
bernyawa yang dingin
dinding tak bernyawa
ia tahu cara mengobati
Lukaku,
Amarahku
Perasaanku yang gemuruh
Dinding dingin ini
mengajakku mati
N-A

Manusia yang tidak Mencintaiku

Kau tahu Tuhan?
Aku pernah mencintai satu manusia yang kau ciptakan
Kita bertemu di bumi yang kau buat
Dan menikmati hari, jam, dan cuaca yang sama

Dulu sekali
Ketika aku belum mengerti rasa luka
Ketika aku hanya percaya bahwa cinta yang aku punya cukup menjadikanku manusia yang paling bahagia

Itu memang benar Tuhan
Satu kali dua puluh empat jam dalam waktu kurang dari tiga puluh hari
Aku adalah manusia yang memulai hari dengan rasa bahagia
Yang melewati siang dengan menanti kabar
Dan menghabiskan malam dengan saling mendoakan

Manusia itu
Adalah yang sering aku ceritakan kepada teman-temanku
Adalah manusia yang luar biasa mengagumkan
Dan istimewa

Hingga tiba saatnya hari itu
Hari di mana aku tahu
Bahwa dia tidak mencintaiku
Bahwa dia tak pernah mencintaiku
Dan memilih untuk mengkhianatiku
N-A

Kudus, di atas kasur
17:41
22 Januari 2020

Mencoba Melupakanmu


Ingin kubunuh rasaku padamu......
Dahulu…..

Aku pernah memiliki niat untuk melupakanmu

Menghapus bayangmu dari benakku

Niat itu semakin menjadi-jadi

Ketika rasa kecewa menyergapku

Kecewa bukan main rasanya, dengan kalimat yang kau lontarkan

Seolah itu adalah belati tajam yang kau hujamkan

Tepat di dadaku

Lama….

Semakin lama aku merasa niatku tak jua terlaksanakan

Aku tak mampu melakukannya

Naïf sekali diri ini

Niatku kukhianati sendiri

Gagal melupakanmu

Gagal menghapusmu

Aku gagal terlepas dari kekecewaan

Justru kini hatiku semakin kacau

Aku semakin berharap bisa kembali padamu

Bertahun-tahun jarak memisahkan

Bertahun-tahun itu pula

Rasa yang dulu

Datang kembali

Melebihi apapun

Memenuhi pikiranku

Parah… cintaku padamu sangat parah…
Tak menagapa kau tak peduli..
Asal kau tahu aku akan tetap peduli
Tak mengapa kau menjauh..
Karena aku tak akan bergerak sedikitpun
Tak mengapa kau membenciku..
Asal kau tahu aku tak pernah membencimu
Tak mengapa kau tak menganggap keberadaanku..
Asal kau tahu kau sangat berarti bagiku
Dan jika kau menghilang..
Kau akan selalu kukenang
Jika kau menghapusku..
Maka aku akan membantu
Dan disaat kau tak lagi mengharapkanku
Disaat kau benar-benar telah jauh dariku
Dan kau tak ingin tahu keadaanku
Saat itulah aku akan hilang
Saat itulah aku tak akan pernah datang
Dan saat itulah aku akan melepasmu
Meski sangat sulit, meski hati tak kuasa
Maka aku tak mampu memaksa
Karena itulah kebahagiaanmu
Sebab yang kuinginkan hanyalah..
Melihatmu bahagia..

Antara Aku Siang dan Malam Bersama Kesepian dan Kesendirianku

Wahai siang sahabat malam dan malam sahabat siang, meski waktu tak memberi kesempatan kalian untuk bertemu, maka aku makhluk Tuhan akan menemani dan membagi cerita antara kalian. Agar kalian tahu satu sama lain dan tidak ada kesepian diantaranya. Aku dengan kesendirian dan kesepianku diantara rerumunan sesamaku akan menemani siang untuk melepas hasrat kepedihan, yang bilamana mengharuskan kesendirian yang melekat dengan jiwaku menjadi perantara aku dan siang.

Dan bila malam mulai menyapa, aku dengan kesepianku di luar rerumunan jiwa yang telah terlelap, akan setia menjamah malam dengan sinar mata kerinduan, dan sepi adalah kenikmatan diantara aku dan malam.

Malam yang semakin larut, mata ini mulai sayu menatapnya dan kulihat kesedihan malam yang melihat kerinduan di mataku memudar. Akupun tak bisa meninggalkannya, dan dilain sisi ku tak sanggup bila harus tetap terjaga, kemudian kuberkata bahwa malam telah mendapat kesepian diantara aku dengannya lebih lama dibanding kesendirianku bersama siang. Lalu ia tersenyum sembari mengatakan kalimat termanisnya “tidurlah, istirahatlah, persiapkan jiwamu untuk menceritakanku kepada siang esok hari, lalu engkau akan menceritakan siang padaku selanjutnya” aku tersenyum simpul dan melangkah menuju tempat dimana aku bisa melepas penat.

Perjalananku


Disaat sang fajar mulai menyapa hariku,namun kali ini kulihat mentari mulai enggan menyambut perjalananku. Akankah aku sanggup menahan keasingan ini dari mentari hangat yang selama ini menjadi teman sejati dalam perjalananku? Atau lebih baik aku terdiam saja di sudut keputusasaan. Sesaat ku menunggu jawaban apa yang dikatakan sang mentari untukku. Ketika ku menapak melihatnya, alangkah senangnya diriku melihat ia tersenyum seakan sedang menggodaku. Bagaikan balita yang sedang tertawa karena dihibur orang tuanya. Akupun memulai perjalanan ini yang mungkin akan terasa panjang, karena aku akan menghabiskan waktuku dengan sang kekasih mentari. Cinta dan benci telah menyatu diterpa ombak dengan perasaan mesra. Itu lebih baik bagiku daripada aku melakukan perjalanan ini tanpa sang kekasih.
Ketika senja membalut perjalananku, sang mentari mulai beranjak pergi mengatakan kalimat terakhir untukku, agar tidak berhenti disuatu titik. Aku pun mengangguk tanda tak ingin mengecewakannya serta melanjutkan perjalanan yang kuanggap penuh makna ini. Setapak demi setapak ku tempuh dengan perasaan kalut karena ku tak tahu akan akhir dari perjalanan ini. Perasaanku menjadi semu dan bimbang untuk memutuskan meneruskan perjalanan ini atau berhenti menunggu perjalanan selanjutnya. Kemudian ku memutuskan untuk mencari ruang rinduku yang tengah diterpa kegelapan ini. Akupun menghabiskan sisa perjalanku untuk menemui-Nya. Kini ku hanya berdua, merasa damai dalam balutan kasih dan do’a yang kupanjatkan kepada Ruh abadi.

Berhenti Jadi Bodoh

Aku manusia.
Kau manusia.
Kita manusia.
Manusia diberi hidup oleh Tuhan.
Manusia diberi ruang untuk bebas.
Kau manusia.
Aku manusia.
Kita tidak boleh saling menindas.
Kau manusia, kenapa suka menindas?
Aku manusia, kenapa selalu ditindas?
Kini kita manusia yang asing
saling tak sapa
mulai tak mengenal
dan aku suka
dan aku nyaman
Namun...
kadang aku rindu
candamu...
tawamu....
olok-olokmu..
Tapi aku nyaman begini
tapi aku rindu kamu..
Boleh aku menangis?
menangis karena bahagia tanpamu
dan sedih karena merinduimu

Semarang, 23/01/2019

Kidung dari Umi



Tak akan terdengar lagi

Kidung merdu dari umi

“do si la sol fa mi”

Pun tak sebanding dengan ini

“anakku sayang, manis sekali”

“anakku sayang, anaknya umi”

Tiap malam tak pernah henti

Kidung dari umi

Pengiring sebelum aku bermimpi

Puk puk puk di atas dahi

Tangannya adalah bukti

Aku rindu kidung dari umi
(Pernah diterbitkan di mading kampus)

01/04/2016